...
Kabar Perempuan
Komnas Perempuan Terima Kunjungan Delegasi Transformative Memory International Network


Jakarta, 17 Februari 2025 – Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menerima kunjungan delegasi dari Transformative Memory International Network (TMIN) di Ruang Persahabatan Kantor Komnas Perempuan. Pertemuan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Knowledge Exchange (Pertukaran Pengetahuan), sebuah kolaborasi antara Indonesia Institut Sejarah Sosial Indonesia (ISSI) dan TMIN yang berlangsung di Jakarta dan Yogyakarta.

Knowledge Exchange merupakan metodologi utama TMIN yang berfokus pada pembelajaran timbal balik dan relasional. Metode ini bertujuan untuk meruntuhkan hierarki antara peneliti dan subjek penelitian, yang memungkinkan peserta saling belajar satu sama lain. TMIN mempertemukan berbagai individu dengan latar belakang berbeda yang menggunakan beragam ekspresi budaya, seperti ritual tradisional, seni rupa, tarian, musik, penulisan sejarah, fotografi, film, dan aktivisme, untuk mengidentifikasi masalah bersama serta menginspirasi kerja memori kolektif mereka.

Komnas Perempuan dipilih sebagai salah satu tempat tujuan karena institusi ini memiliki peran strategis dalam memperkuat memori sosial dan kolektif, khususnya yang berkaitan dengan pengakuan terhadap korban dan penyintas kekerasan negara di masa lalu. Sejak awal berdirinya, Komnas Perempuan telah secara konsisten memperlihatkan bagaimana memori dan memorialisasi berkontribusi pada perjuangan nilai-nilai kesetaraan, kemanusiaan, dan demokrasi yang menempatkan perempuan sebagai aktor utama dalam setiap perubahan sosial.

Dalam kunjungannya, peserta TMIN diajak berkeliling area Komnas Perempuan, yang dikenal sebagai "putri sulung reformasi." Tur tersebut dipandu oleh Komisioner Veryanto Sitohang, yang menjelaskan berbagai bentuk memorialisasi yang telah dilakukan, seperti selendang persahabatan, boneka mei, Monumen Jarum Mei di TPU Pondok Ranggon yang dipamerkan di selasar Komnas Perempuan dalam bentuk replika, serta buku Napak Reformasi yang menjadi bagian dari kampanye Mari Bicara Kebenaran Komnas Perempuan. 

"Memorialisasi ini tidak hanya berfungsi sebagai penghormatan terhadap korban, tetapi juga sebagai pengingat untuk kita semua tentang pentingnya keadilan, sebagai ruang pemulihan bagi para korban, juga sebagai pengingat agar tragedi serupa tidak terulang," kata Veryanto Sitohang.

Ketua Komnas Perempuan, Andy Yentriyani, menyambut baik pertemuan ini dan menegaskan bahwa lembaga ini memiliki mandat penting dalam perjuangan hak-hak perempuan. 

“Komnas Perempuan bertugas menyebarluaskan pemahaman mengenai berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan di Indonesia serta upaya pencegahan dan penanggulangannya. Selain itu, lembaga ini melakukan pengkajian serta penelitian terhadap peraturan perundang-undangan dan instrumen internasional yang relevan untuk perlindungan hak-hak perempuan,” jelas Andy.

Sebagai lembaga pemantau, Komnas Perempuan juga bertanggung jawab dalam pencarian fakta dan pendokumentasian kekerasan terhadap perempuan serta pelanggaran hak asasi manusia berbasis gender, dengan tujuan menyebarluaskan hasil pemantauan kepada publik serta mendorong pertanggungjawaban dari pihak terkait. 

Komnas Perempuan juga memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah, lembaga legislatif, yudikatif, serta organisasi masyarakat guna mendukung penyusunan kebijakan yang melindungi hak-hak perempuan. Selain itu, lembaga ini aktif dalam kerja sama regional dan internasional untuk memperkuat upaya perlindungan serta pemajuan hak asasi perempuan di tingkat global.

Lebih lanjut, pertemuan ini diisi dengan diskusi yang dipimpin oleh komisioner Theresia Iswarini. Secara mendalam, diskusi membahas sistem pemulihan untuk korban pelanggaran ham berat masa lalu, khususnya perempuan. 

Para peserta diskusi menyimak dengan baik dan mengapresiasi atas kemajuan dalam kerja-kerja penghapusan kekerasan terhadap perempuan di Indonesia, khususnya upaya yang sudah dilakukan dilakukan Komnas Perempuan. Sebagian peserta juga ada yang menyampaikan pandangannya merujuk dari apa yang terjadi di negaranya.

Salah satu peserta, Felix Reategui dari The Institute for Democracy and Human Rights (IDEHPUCP) berbagi pandangan terkait penyelesaian pelanggaran HAM di Amerika Latin melalui memorialisasi.

Menurutnya, memorialisasi bukan hanya tentang mengenang mereka yang hilang, tetapi juga menjadi alat politik dan sosial untuk mencegah kekerasan negara di masa depan. Dengan memahami sejarah, berbicara dalam bahasa yang dipahami negara, dan memanfaatkan media massa, masyarakat dapat menekan negara agar tidak kembali ke pola represif yang telah terjadi di banyak negara Amerika Latin.

Dalam kesempatan ini, Ketua Komnas Perempuan Periode 2003-2009, Kamala Candrakirana, turut menyampaikan tentang Batik Saparinah Sadli, yang merupakan salah satu bentuk memorialisasi dalam perjuangan pergerakan perempuan Indonesia. Batik ini menjadi simbol penghormatan terhadap Saparinah Sadli, seorang tokoh feminis yang berperan besar dalam membangun kesadaran tentang hak-hak perempuan. Memorialisasi melalui batik ini menunjukkan bagaimana warisan budaya dapat menjadi medium penting dalam mengingat perjuangan perempuan dan menginspirasi generasi mendatang. 

Diakhir pertemuan, Komnas Perempuan dan TMIN saling bertukar cinderamata sebagai simbol persahabatan. Pertemuan ini menunjukkan pentingnya kolaborasi internasional dalam memperkuat memori kolektif dan terus berjuang untuk mengatasi kekerasan terhadap perempuan di seluruh dunia.



Pertanyaan / Komentar: