...
Komisiner & Sekjen Komnas Perempuan

Komisioner 2025-2030

...
Rr. Sri. Agustini

Sri Agustini (Agustine) adalah seorang Perempuan Pembela Hak Asasi Manusia (HAM) dan advokat yang selama lebih dari satu dekade fokus pada pendampingan kasus-kasus kekerasan berbasis gender dan seksualitas. Ia merupakan pendiri Inclusive Legal Center (ILC), sebuah lembaga bantuan hukum yang berfokus pada isu-isu inklusi dan keadilan bagi kelompok rentan. Selain itu, Agustine juga dikenal sebagai salah satu pengasuh rubrik “Klinik Hukum Bagi Perempuan” di Konde.com dan Tempo.com.

Sebelum mendirikan ILC, Agustine pernah bekerja di Sekretariat Nasional Koalisi Perempuan Indonesia dan Ardhanary Institute, di mana ia terlibat dalam advokasi kebijakan dan penguatan kapasitas komunitas. Untuk memperdalam pemahamannya dalam bidang hukum, ia menempuh pendidikan S1 dan S2 Ilmu Hukum di Universitas Bung Karno (UBK), serta melanjutkan studi doktoralnya (S3) di bidang Ilmu Hukum di Universitas Sebelas Maret (UNS).

Selama kariernya, Agustine telah banyak mengembangkan modul-modul pelatihan yang berkaitan dengan gender, seksualitas, advokasi hak-hak perempuan, keparalegalan, serta strategi pendampingan hukum berbasis SOGIESC (Sexual Orientation, Gender Identity and Expression, and Sex Characteristics). Ia juga terlibat dalam penyusunan materi tentang pengarusutamaan keberagaman gender dan seksualitas, serta pendalaman Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS).

Beberapa karya tulisnya yang telah diterbitkan meliputi buku dan jurnal seperti Memahami Hukum dan Hak-Hak Warga Negara bagi Masyarakat Minoritas, Urgensi Penegakkan UU TPKS Ditinjau dalam Perspektif Korban, Pertimbangan Hukum dalam Putusan Perkara Aborsi Akibat Perkosaan, serta Daya Paksa dalam Lensa Hukum Feminis.

...
Sondang Frishka Simanjuntak

Sondang Frishka Simanjuntak adalah ahli hukum dan pegiat hak asasi manusia yang telah mengabdikan dirinya pada advokasi HAM di tingkat nasional dan internasional. Lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (1997) ini melanjutkan studi magister di bidang International Human Rights Law melalui program beasiswa Fulbright di Northwestern University, Chicago.

Sondang bergabung dengan Komnas Perempuan (Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan) pada tahun 2008 sebagai Koordinator Bidang Umum dan Sumber Daya Manusia (SDM), serta anggota Tim Penguatan Kelembagaan. Sejak 2016, ia menjabat sebagai Asisten Pimpinan untuk Advokasi Internasional sekaligus Koordinator Tim Advokasi Internasional. Dalam peran ini, Sondang memimpin kerja-kerja advokasi pemenuhan hak asasi manusia (HAM) melalui mekanisme internasional seperti Universal Periodic Review (UPR) dan pelaporan ke berbagai komite HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Ia juga aktif membangun jejaring kerja sama internasional guna memperkuat posisi advokasi hak-hak perempuan Indonesia di tingkat global.

Sebelum di Komnas Perempuan, Sondang menjabat sebagai Kepala Bidang Advokasi di Solidaritas Nusa Bangsa, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berfokus pada penghapusan diskriminasi rasial. Ia turut berperan dalam mendorong ratifikasi International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination (ICERD) dan pengesahan Undang-Undang (UU) No. 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis.

...
Sundari

Lahir di Yogyakarta pada 13 April 1957, Sundari mengabdikan sebagian besar hidupnya dalam dunia penegakan hukum dan pemberantasan narkotika. Ia menempuh pendidikan dasar hingga menengah di Pagaralam, Sumatera Selatan, lalu melanjutkan ke jenjang S-1 Ilmu Administrasi Publik di STIA-LAN RI dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Gelar magister diperolehnya di bidang Ilmu Hukum Ekonomi dari Fakultas Hukum UMJ.

Dalam karier kepolisian, Sundari menempuh pendidikan kepolisian melalui SEBA MILSUK POLWAN, SECAPA, dan SELAPA. Ia menjabat sebagai penyidik di Polda Metro Jaya dan Bareskrim Polri, serta menjadi tenaga pendidik di Sekolah Polwan. Kariernya berlanjut di Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai penyidik hingga menjabat sebagai Direktur Tindak Pidana Pencucian Uang Narkotika.

Salah satu momen penting dalam kariernya adalah ketika ia memimpin tim BNN dalam negosiasi dengan pemerintah Tiongkok terkait kasus seorang WNI perempuan yang direkrut jaringan narkotika internasional sebagai kurir lintas negara. Ia ditangkap di Bandara Internasional Hangzhou, Tiongkok. Melalui diplomasi dan kerja keras, tim BNN berhasil membawa pulang tersangka dan barang bukti heroin ke Indonesia untuk diproses hukum, sehingga yang bersangkutan terhindar dari hukuman mati.

Sundari resmi purnawirawan pada 1 Mei 2015. Selepas itu, ia tetap aktif mengabdi untuk masyarakat melalui berbagai bidang. Ia menjabat sebagai Bendahara Umum KONI DKI Jakarta, aktif di Derap Warapsari, Asesor LSP P2 Sekuriti PP Polri, serta Internal Audit PB Forki dan KONI Pusat.