...
Sambutan Ketua
Kata Sambutan Ketua Komnas Perempuan Pembukaan Festival Penutup Kepala Perempuan Nusantara (18 Agustus 2021)

Kata Sambutan Ketua Komnas Perempuan

Memperingati Hari Kemerdekaan RI ke-76 dan Hari Konstitusi

 

Festival Penutup Kepala Perempuan Nusantara untuk Merawat Kebhinnekaan Indonesia

 

Jakarta, 18 Agustus 2021

 

 

 

 

Yang saya hormati,

Para perempuan Nusantara, yang berbahagia

5 Ibu yang bersedia hadir mengenalkan kekayaan Nusantara

(Ibu Sarbini dari Masyarakat Adat Bayan Nusa Tenggara Barat,

Ibu Anita Hutagalung dari  Simalungun Sumatera Utara

Ibu Endek dari Masyarakat Adat Dayak Maanyan

Ibu Yefri dari Sumatera Barat

Ibu Nurlaini dari Jambi

Rekan Komisioner Komnas Perempuan Periode 2020-2024 (Ibu Olivia Salampesy, Bapak Imam Nahei, Ibu Dewi Kanti dan Bapak Veryanto Sitohang) dan kawan-kawan Badan Pekerja,

Mbak Yuniyanti Chuzaifah, komisioner purnabhakti sekaligus Ketua KP Periode 2010-2014, yang akan memandu penyelenggaraan diskusi

Serta undangan dan peserta yang hadir turut mendukung memeriahkan kegiatan ini yang tidak sebutkan satu persatu yang hadir pada hari ini, pada acara Pembukaan Festival Penutup Kepala Perempuan Nusantara

 

 

Assalamualaikum wr, wb, Salam sejahtera, Shalom, Salam Kebajikan, Om swastiastu. Namo Budaya. Rahayu, Salam Sehat, Salam Nusantara,

 

Syukur kita panjatkan pada Sang Maha Pengasih atas limpahan karunianya sehingga kita berkumpul dengan cara virtual hari ini dalam sehat wal afiat di tengah situasi Pandemi Covid-19 yang tidak mudah bagi sebagian banyak dari kita. Semoga di tengah tantangan ini, pertemuan hari ini mudah-mudahan  tetap berjalan dengan  lancar.

 

Saya mewakili segenap keluarga besar Komnas Perempuan mengucapkan selamat Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke 76 tahun kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya para perempuan, yang dengan teguh terus memperjuangkan kehidupan dan kebangsaan, termasuk dengan terus merawat jati diri bangsa Indonesia yang bersatu dalam kebhinnekaan sebagai landasan bagi terwujudnya perdamaian yang hakiki, kesetaraan dan keadilan yang substantif demi mencapai kemerdekaan sesungguhnya.

 

Keteguhan kaum perempuan inilah yang kemudian kami rujuk sebagai pertimbangan dalam memperkenalkan istilah Ibu Nusantara, para perempuan di berbagai sektor, di berbagai daerah di tanah air, bahkan dalam diaspora Indonesia, yang teguh memperjuangkan kemajuan negeri yang bhinneka ini.  

 

 

 

Ibu Nusantara dan para hadirin yang kita muliakan bersama,

 

Hari ini, 18 Agustus, juga kita peringati sebagai hari konstitusi. Konstitusi sebuah dokumen dimana cita-cita dan kerangka tata kelola negara-bangsa termaktub, kewajiban dan tanggung jawab negara serta hak dan kewajiban warga diamanatkan. Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mencermati sekurangnya ada 40 Hak Konstitusional yang dieksplisitkan, dimana perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah. Termasuk dari hak konstitusioal ini adalah hak untuk bebas dari diskriminasi atas dasar apapun dan untuk hidup dengan bermartabat dan rasa aman, bebas dari kekerasan dan ancaman kekerasan, terutama untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang merupakan hak asasinya.  ?

 

Komnas Perempuan mencatat bahwa pemenuhan amanat konstitusional ini masih menghadapi banyak tantangan. Salah satunya ditandai dengan kehadiran kebijakan-kebijakan diskriminatif yang selain menyasar pada perempuan dan kelompok minoritas di sebuah daerah, juga menciderai kebhinnekaan kita.

 

Atas nama agama, moralitas dan kearifan lokal, banyak daerah mengatur penyeragaman dari beragamnya kekayaan warisan budaya nusantara yang dimiliki. Sebagian besarnya adalah penyeragaman yang merujuk pada sebuah interpretasi tunggal atas agama yang paling banyak dipeluk oleh penduduk di wilayah tersebut. Penyeragaman ini antara lain hadir dalam pengaturan busana yang diberlakukan di lingkungan kantor pemerintahan, juga pendidikan, maupun swasta. Penyeragaman tersebut tentu saja bukan hanya berdampak pada pembatasan hak untuk berekspresi namun juga hak atas jaminan beragama dan berkeyakinan. Hal ini dirasakan tidak saja di komunitas yang bukan memeluk agama yang dimaksud karena didorong untuk “menyesuaikan diri”, tetapi juga di komunitas dari agama yang dirujuk karena sesungguhnya komunitas itu pun memiliki keragaman di dalamnya. Hingga kini banyak dari perempuan (dan laki-laki) yang merasakan ketidakadilan akibat pembatasan tersebut tidak berani bersuara, dan menyembunyikan diskriminasi serta kekerasan yang dialami dari sebuah hak yang seharusnya dijamin oleh Negara berdasarkan konstitusi.

 

 

Para Ibu Nusantara dan hadirin yang saya muliakan,

 

Pada hari ini kita berdiri dengan bangsa, menyampaikan pesan Ibu Nusantara  memanggil elemen bangsa untuk meneguhkan kembali komitmen kita merawat Indonesia yang bersatu dalam kebhinnekaan. Seruan ini kita kemas dengan mengajak semua pihak mengenal keragaman budaya penutup kepala perempuan sebagai warisan leluhur budaya bangsa. Di antaranya, kita mengenal  tengkuluk dari Jambi, bulang Simalungun dari Sumatera Utara, tikuluak tanduk dari Sumatera Barat, Tatupung dari Kalimantan, rimpu dari Kabupaten Dompu, dan lainnya. Dalam keseharian di masyarakat, perempuan justru lebih banyak memperkenalkan secara tidak langsung ketika melakukan aktivitasnya misalnya saat upacara adat, perkawinan, berladang, berkebun, ke pasar dan lainnya. Masing-masing dari tutup kepala ini merupakan  merupakan simbol dan atribut budaya di daerahnya dan mempunyai muatan filosofis dari daerah/adat yang ada, Sayangnya pengetahuan tentang ini di Indonesia sangat terbatas.

 

Karenanya, dengan festival penutup kepala perempuan nusantara, Komnas Perempuan bermaksud mengajak kita semua untuk lebih mengenali Indonesia melalui ragam budaya yang dimilikinya, ragam budaya yang memberikan corak bagi jati diri bangsa, sekaligus pondasi bagi penghormatan hak asasi manusia. Sejumlah dari informasi tentang tutup kepala ini akan kita dengarkan dari para empu hebat

 

Ibu Sarbini dari Masyarakat Adat Bayan Nusa Tenggara Barat,

Ibu Anita Hutagalung dari Simalungun Sumatera Utara,

Ibu Endek dari Masyarakat Adat Dayak Maanyan,

Ibu Yefri dari Sumatera Barat,

Ibu Nurlaini dari Jambi,

 

Terimakasih karena berkenan berbagi pengetahuan pada kesempatan ini, juga kepada Mbak Yuniyanti Chuzaifah untuk memfasilitasi proses diskusi nanti.

 

 

Para Ibu Nusantara yang membanggakan dan hadirin yang saya muliakan,

 

Dalam festival ini, kami mengajak para perempuan Indonesia untuk berpartisipasi mengenalkan budaya bangsa melalui festival penutup kepala. Bisa dalam berbagai cara, termasuk yang kita kreasikan sendiri. Rekan-rekan laki-laki yang hendak mendukung kegiatan ini juga dapat terlibat dengan juga turut mengenakan tutup kepala. Festival penutup kepala nusantara ini dimulai pada hari ini, 18 Agustus dan berpuncak pada hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober nanti. Lebih rinci mengenai festival ini akan disampaikan oleh rekan komisioner,Veryanto Sitohang selaku ketua Subkomisi Partisipasi Masyarakat.

 

Festival penutup kepala ini merupakan bagian dari kampanye “Bhinneka itu Indonesia”, yang telah digagas Komnas Perempuan hampir satu dekade. Semoga kampanye ini meneguhkan komitmen kita bersama pada konstitusi, mewujudkan Indonesia tanpa diskriminasi, Indonesia yang mampu merayakan dan mengoptimalkan keberagaman yang ada dalam dirinya.

 

Perkenankan saya mengakhiri sambutan ini dengan mengajak semua yang ada di dalam kesempatan ini berpartisipasi dalam festival penutup kepala perempuan nusantara.

 

Demikian sambutan ini saya sampaikan, semoga penyelenggaraan acara ini berjalan lancar, dan mencapai tujuan yang kita harapkan.

 

 

18 Agustus 2021

 

Terimakasih

Wassalamualaikum wr,wb, Salam sejahtera, Om swastiastu. Namo Budaya. Rahayu, Salam Nusantara,

 

 

 

Ketua Komnas Perempuan

Andy Yentriyani, S.Sos, M.A

 

 


Pertanyaan / Komentar: