...
Sambutan Ketua
Sambutan Penutup Ketua Komnas Perempuan dalam Laporan Pertanggungjawaban Publik Komnas Perempuan Periode 2020-2025

Komnas Perempuan: 

Bertumbuh Memantapkan Daya, Mewujudkan Cita 

Upaya dan Capaian Komnas Perempuan Periode 2020-2025

 

 

Selamat sore, 

Salam Indonesia yang Bhinneka untuk kita semua 

  • Yang kita banggakan, semua Ibu, Kakak, dan para sahabat penyintas kekerasan terhadap perempuan 
  • Para perempuan pembela HAM, terutama pendamping perempuan korban kekerasan
  • Ibu Bapak pimpinan Kementerian/lembaga atau yang mewakili
  • Rekan-rekan dari organisasi masyarakat sipil, khususnya organisasi perempuan dan organisasi HAM di tingkat lokal, nasional maupun internasional,
  • Pimpinan dari berbagai universitas atau yang mewakili, serta rekan-rekan akademisi,
  • Rekan-rekan tokoh dan anggota dari komunitas adat, agama dan masyarakat 
  • Pimpinan kedutaan besar dan organisasi internasional, atau yang mewakili 
  • Para penangga,: 
    • Ibu Mery Kolimon yang menemani kami dalam evaluasi independen sekaligus Ketua III PGI,
    • Bung Willy Aditya, ketua Komisi XIII , 
    • Ibu Atnike Sigiro Ketua Komnas HAM, 
    • Sdr. Indira Suryani, direktur LBH Padang, dan 
    • Ibu Deputi Woro Srihastuti Sulistyaningrat dari Kemenko PMK
  • dan semua tamu undangan yang saya muliakan, yang hadir secara online maupun offline di sini bersama kami pada hari yang berbahagia ini. Maafkan karena tidak bisa saya sapa satu persatu. 
  • Juga rekan2 media dan semua yang mendukung kegiatan pada hari ini, termasuk dalam hal teknis, penerjemahan dan bahasa isyarat 

 

Penuh syukur kepada Sang Maha Kasih lagi Maha Penyayang bahwa kita diberikan nikmat sehat dan waktu untuk berkumpul bersama pada sore hari. 

 

Adalah sebuah kehormatan bahwa kami, seluruh komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) periode 2020-2025, untuk pada hari ini dapat berada di hadapan Ibu, Bapak, Kakak, dan kawan2 semua, menyampaikan hasil, capaian dan dampak dari kerja Komnas Perempuan selama 5 tahun terakhir, sebagaimana yang kita simak melalui video grafis, paparan, dan juga ungkapan yang disampaikan oleh rekan-rekan komisioner dan semua penanggap.

Ibu, Bapak dan para sahabat yang saya banggakan

Dua puluh lima tahun yang lalu, pertama kali saya menjejakkan kaki di Komnas Perempuan

Tidak pernah sedikit pun terbersit di pikiran, bahwa ini akan menjadi rumah kedua. 

Kantornya sangat kecil – kalau Ibu/Bapak/kawan2 sekarang datang ke Latuharhary 4B, ukurannya hanya sebatas ruang tim pengaduan dan resepsionis. Laptop saya masa itu pun bahkan lebih canggih daripada satu-satunya komputer yang ada di sana. 

Waktu itu, saya diminta oleh salah satu komisioner yang adalah juga pembimbing skripsi saya, untuk membantu mengorganisir diskusi internasional Komnas Perempuan tentang perlindungan saksi dan korban, menghadirkan hakim pengadilan internasional untuk Rwanda dan Yugoslavia.  

Pertemuan itu adalah salah satu jejak kontribusi Komnas Perempuan  untuk pengembangan sistem perlindungan saksi dan korban, yang merupakan salah satu rekomendasi utama dari pengungkapan peristiwa Tragedi Mei 1998, yang adalah latar belakang lahirnya Komnas Perempuan. 

Tragedi Mei 1998 tentunya punya dampak yang besar dalam kehidupan saya. Sebagai anak muda dari Kalimantan Barat yang bersekolah di salah satu universitas ternama dengan cita-cita menjadi diplomat, Tragedi Mei 1998 membuat saya berputar haluan. Saya jadi lebih ingin bekerja dari dalam Indonesia, membuat upaya-upaya yang memungkinkan situasi serupa tak lagi berulang di masa depan.  Mungkin karena itu pula semesta mempertemukan saya dengan Komnas Perempuan. 

Dari kantor yang sangat kecil itu, ide-ide besar hadir untuk menjangkau mimpi memastikan bahwa semua perempuan korban akan dapat mengakses hak-haknya atas kebenaran, keadilan dan pemulihan, serta mencegah keberulangan. Ide yang dibahas terutama tentang cara mengembangkan sistem pemulihan bagi perempuan korban kekerasan, membangun  pondasi untuk melakukan advokasi untuk reformasi kebijakan dan transformasi sosial yang berbasis bukti pengalaman dan kebutuhan khas perempuan korban, serta mengembangkan jaringan kerja yang menghidupkan solidaritas lokal-nasional-dan global untuk memajukan hak-hak perempuan, bebas dari segala bentuk diskriminasi dan kekerasan. 

Begitu memukaunya ide-ide itu, dan saya beruntung karena bisa bekerja langsung dengan perempuan-perempuan penuh dedikasi pada mimpi besar tersebut, terkhusus Ibu Saparinah Sadli dan Kamala Chandrakirana yang saat itu menjadi ketua dan sekretaris jendral Komnas Perempuan. 

Mimpi itu terus mendapatkan kekuatan agar terpatri di dalam hati dan pikiran. Apalagi, bekerja bersama Komnas Perempuan memberikan saya kesempatan berjumpa dengan para perempuan penyintas dan perempuan pembela HAM lintas wilayah dan lintas isu. 

Dari mereka saya banyak belajar tentang kegigihan dan konsistensi, yang selalu menjadi sumber kekuatan di tengah berbagai gempuran yang harus dihadapi Komnas Perempuan, dan saya sendiri sebagai individu. Bahkan di saat menuliskan ini, saya teringat sejumlah perempuan hebat dan kilas peristiwa yang begitu membekas, yang sayangnya tak ada waktu untuk saya ceritakan satu per satu dalam kesempatan ini. 

Mimpi yang diniatkan, yang dirumuskan dalam visi dan misi Komnas Perempuan, dan diwujudkan dari waktu ke waktu dalam kerja-kerja Komnas Perempuan- itulah yang menghantarkan saya hingga hari ini dapat berdiri di hadapan Ibu, Bapak dan kawan2 semua. Bukan hanya sebagai ketua pada periode 2020-2025, tetapi sebagai sosok yang bertumbuh dari dalam Komnas Perempuan selama seperempat abad. 

Menegok kembali perjalanan tersebut, selalu ada kehangatan yang mengalir di hati. Meski tantangannya tak gampang. Namun, saya meyakini ini adalah cara terbaik untuk menghabiskan masa muda, saya menyebutnya sebagai the best of my youth, yang jika ada kesempatan memutar balik waktu dan memilih perjalanan, tampaknya akan saya jalani ulang. 

Karena itu, dalam posisi hari ini saya melihat Komnas Perempuan, khususnya Komisioner terpilih, Sekretaris Jendral dan kawan2 Badan Pekerja yang tengah bertugas, saya berdoa semoga kawan-kawan juga dapat merasakan kehangatan yang serupa, bahwa bekerja di Komnas Perempuan adalah perjuangan mewujudkan mimpi yang kita citakan dengan tiap-tiap anggota tim akan membuat kepemimpinan kita semakin terasah dan memampukan kita untuk menghadirkan versi terbaik diri yang kita miliki.  Sebab hanya dengan pengalaman ini maka perjalanan bersama Komnas Perempuan akan menjadi bagian dari masa yang bermakna dari usia kita yang juga terbatas adanya. 

Ibu, Bapak dan kawan-kawan semua yang berbahagia  

Kami, komisioner periode 2020-2025 menyadari bahwa capaian-capaian kerja Komnas Perempuan ditopang oleh banyak mitra yang berkolaborasi dengan sukarela. Karenanya, saya hendak menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan terimakasih kepada:

  • seluruh mitra Komnas Perempuan dari Kementerian dan lembaga maupun organisasi masyarakat sipil yang ada di tingkat daerah, nasional, bahkan juga regional dan global, yang mendukung dan bersama-sama Komnas Perempuan mendorong pemajuan penghapusan kekerasan terhadap perempuan, terutama 
  • 367 lembaga yang turut berbagi data sehingga Catahu dapat hadir secara konsisten sejak 2020 hingga 8 Maret 2025 kemarin 
  • 108 lembaga yang menjadi mitra mekanisme rujukan dalam penyikapan pengaduan ke Komnas Perempuan
  • Yayasan Indonesia untuk Kemanusiaan dan seluruh donatur yang memungkinkan Pundi Perempuan terus bertumbuh dan menyokong sekurangnya 90 lembaga layanan bagi perempuan korban kekerasan
  • Rekan-rekan KuPP dan kawan2 masyarakat sipil yang turut terlibat dalam berbagai penggalian pengetahuan dan kegiatan advokasi melalui pendidikan publik dan advokasi kebijakan
  • Rekan-rekan internasional, terutama OHCHR, EU, UNFPA, UN Women dan Yayasan Humanis Inovasi Sosial, dan APWLD, 
  • Kawan-kawan perempuan pembela HAM yang gigih berjuang dan mengingatkan Komnas Perempuan;

Kami berlimabelas sungguh menyadari bahwa selain dukungan mitra-mitra kerja, seluruh capaian ini adalah juga buah perjuangan keras dari rekan2 Badan Pekerja dan Sekretaris Jendral Komnas Perempuan. 

Karenanya, saya atas nama seluruh komisioner Komnas Perempuan Periode 2020-2025 mengucapkan terimakasih atas seluruh dedikasi dari dua sekjen yang menemani kami, Ibu Lily Danes dan Ibu Dwi Ayu Kartikasari, dan seluruh badan pekerja Komnas Perempuan dalam 13 unit kerja: Bidang Umum, Bidang Keuangan, Bidang Sumber Daya Manusia-Hukum-dan Kerjasama, Bidang Perencanaan-Monitoring-Evaluasi-dan Pengawasan Internal, Bidang Resource Centre, Divisi Pengembangan Sistem Pemulihan untuk Perempuan Korban Kekerasan, Divisi Pemantauan bersama Unit Pengaduan dan Rujukan, Divisi Reformasi Hukum dan Kebijakan, Divisi Partisipasi Masyarakat, Divisi Pendidikan, Tim Advokasi Internasional, Gugus Kerja Perempuan dalam Kebhinnekaan, dan Tim Perempuan Pekerja.

Saya juga ingin mengucapkan terimakasih kepada semua keluarga dan sahabat dari komisioner, sekjen dan badan pekerja yang telah turut mendukung kami dalam bekerja.

Juga kepada semua komisioner, sekjen dan badan pekerja purnabakti di Komnas Perempuan yang selalu membuka diri, memberikan pertimbangan dan meringankan langkah untuk kerja gotong-royong bersama Komnas Perempuan. 

Sesungguhnya keluarga dan sahabat adalah supporting system yang sangat berharga, di tengah tuntutan pekerjaan, maupun pada saat-saat lejar dan menghadapi krisis. 

Tentunya kami juga tak luput dari salah dan alpa, karenanya atas nama seluruh Komisioner Komnas Perempuan periode 2020-2025 saya meminta maaf dan berterimakasih atas segenap permakluman. 

Kami yang bertugas di periode 2020-2025 tentunya sungguh berharap kerjasama yang baik dan dukungan dari Ibu, Bapak, semua sahabat dan keluarga besar akan terus menemani perjalanan Komnas Perempuan ke depan.  

Ibu, Bapak dan kawan-kawan semua yang berbahagia  

Dalam berbagai kesempatan Ibu Saparinah Sadli, salah satu founding mothers Komnas Perempuan, berpesan bahwa  “Komnas Perempuan tidak seperti lembaga-lembaga  lainnya buatan pemerintah. Ini adalah lembaga yang kita mintakan. Sebuah cita-cita yang harus kita rawat dan wujudkan. 

Berefleksi pada perjalanan selama seperempat abad dan khususnya 5 tahun terakhir, ada 5 hal penting yang saya maknai dari pesan ini:  

Pertama, merawat independensi Komnas Perempuan sebagai lembaga nasional HAM yang mengakar pada gerakan sosial, khususnya gerakan perempuan. Independensi adalah prasyarat bagi Komnas Perempuan untuk mampu terus menjadi pemberdaya ekosistem penghapusan kekerasan terhadap perempuan. 

Dengan independensi, Komnas Perempuan akan mampu berbicara setara kepada penguasa sesuai dengan amanat tugasnya bagi kepentingan pemenuhan hak-hak perempuan korban kekerasan dan juga pencegahan kekerasan terhadap perempuan. 

Independensi adalah buah dari otonomi Komnas Perempuan dalam memutuskan untuk dirinya sendiri, dalam aspek birokrasi, tata kelola anggaran, dan tata kelola sumber daya manusia. 

Dalam semangat ini, tidak ada jalan pintas penyikapan pada keterbatasan kelembagaan Komnas Perempuan yang boleh diambil tanpa pertimbangan yang utuh mengenai konsekuensi jangka panjang bagi independensi Komnas Perempuan. 

Kedua, kerja berkelanjutan. 

Keberhasilan pencapaian kerja periode 2020-2025 adalah kerja lintas periode yang bertumbuh. 

Perjuangan Komnas Perempuan adalah seperti perlombaan estafet. Setiap periode adalah mata rantai yang menyambungkan satu periode ke periode berikutnya, dengan menghadapi tantangan tersendiri pada jamannya. 

Hal ini karena  dibutuhkan waktu yang cukup dalam kerja yang berkesinambungan untuk memproses pengelolaan pengetahuan dengan baik dan menggalang dukungan lintas sektor yang dapat mendorong perubahan di tingkat regulasi maupun praktiknya sehingga dapat betul bermakna bagi kehidupan perempuan, masyarakat, negara dan juga peradaban dunia.

Keberhasilan UU TPKS adalah bukti nyata, seperti juga halnya keberhasilan dalam mendorong penguatan kebijakan dan mekanisme penanganan kebijakan diskriminatif. Tak ada yang kita dapat selesaikan sendiri, kecuali dengan kerja yang berkelanjutan itu.

Ketiga, terus mengelaborasi dan menginternalisasi kepemimpinan feminis dalam tata kelola kelembagaannya serta dalam kemitraan dengan berbagai pihak. Partisipasi yang substantif dan inklusif, pemberdayaan, dan ethic of care menjadi elemen penting dalam kepemimpinan ini. 

Di tengah kondisi politik yang masih diwarnai pendekatan transaksional dan primordial, kita perlu mengasah kepekaan untuk dapat melepaskan diri dari politik representasi yang sempit. 

Sebaliknya, kita dituntut untuk menumbuhkan politik afirmasi bagi kelompok-kelompok perempuan yang beragam agar dapat lebih inklusif, dengan mengenali kerentanan khas dan kebutuhan khusus yang mereka hadapi. Ini tentunya tidak gampang, di tengah berbagai keterbatasan yang dihadapi Komnas Perempuan. 

Dengan mewujudkan kepemimpinan feminis sebagai politik afirmasi untuk pelibatan yang substantif dan inklusif maka Komnas Perempuan akan terus mampu merawat akarnya dalam gerakan sosial untuk keadilan yang transformatif – sebuah visi keadilan yang memulihkan korban, memutus impunitas, dan mencegah keberulangan dengan menyasar pada upaya mengatasi diskriminasi berbasis gender dan faktor-faktor pemicu kekerasan terhadap perempuan yang berkait dengan dinamika ekonomi, sosial, budaya, dan politik di tingkat lokal, nasional, regional maupun global. 

Keempat, mengasah daya belajar. Semua keberhasilan yang bisa diperoleh dari masa ke masa mengandalkan dedikasi dalam mengasah daya pantau, daya kaji, daya ukur serta daya tanggap Komnas Perempuan dalam menyikapi persoalan laten maupun yang kontemporer terkait dengan persoalan kekerasan terhadap perempuan berbasis gender. Ini perlu menjadi pondasi, sebab di masa nantinya kawan-kawan perlu memilih cara menyikapi ketika persoalan datang silih berganti, seperti gelombang di lautan yang sahut-menyahut tiada berhenti. 

Hal terakhir yang saya maknai dari pesan ibu Saparinah adalah kata KITA. 

Kita yang dimaksudkan adalah terutama semua yang tengah bertugas di Komnas Perempuan dalam posisi sebagai Komisioner, sekretaris jendral dan badan pekerja. 

Saat ini telah terpilih 11 Anggota Komisi Paripurna Komnas Perempuan untuk periode 2025-2030. Jumlahnyaberkurang dari periode sebelumnya dengan pertimbangan proyeksi pengembangan organisasi Komnas Perempuan ke depan. Kebijakan ini diharapkan akan membuat Komnas Perempuan menjadi lebih lincah dalam gerak, mengingat tantangan-tantangan ke depan yang tak kalah berat. Di tangan ke-11 inilah kepemimpinan Komnas Perempuan akan terus dikuatkan, bersama dengan sekarang lebih leluasa 95 badan pekerja dan juga staf-staf lainnya. 

Namun berangkat dari sejarah kelahiran Komnas Perempuan yang adalah buah juang desakan masyarakat sipil, kita yang dimaksudkan adalah semua komponen bangsa yang memimpikan kehidupan setara, bebas dari kekerasan bagi setiap perempuan, tanpa kecuali. 

Karena itu, perkenankan saya mengakhiri sambutan ini dengan mengajak semua dari kita yang peduli untuk terus mengawal Komnas Perempuan, mengawal independensiya, mengawal kepemimimpinan, agar keberadaan Komnas Perempuan menjadi semakin bermakna untuk mewujudkan Indonesia yang aman, sentosa dan berdaulat, dan kehidupan yang berperi kemanusian dan peri keadilan. 

Selamat bertugas kawan2 komisioner periode 2025-2030, Ibu Sekjen dan kawan2 Badan pekerja Komnas Perempuan. Panjang umur perjuangan dan semoga kebaikan semesta selalu menemani perjalanan kita. 

Salam Indonesia yang Bhinneka 


Andy Yentriyani

Ketua


Pertanyaan / Komentar: