Anatomi kelamin pria berbeda dengan anatomi kelamin
perempuan sehingga khitan pada kedua jenis kelamin ini berbeda dampaknya.
Khitan pada pria menghilangkan preputium ataupun kulit yang menutupi gland
penis di mana kulit tersebut dapat menghambat saluran berkemih dan terdapat
sisa urin di kulit tersebut yang dapat menyebabkan infeksi saluran kemih.
Artinya, khitan pada pria berdampak positif terhadap kesehatan kelaminnya. Sementara anatomi kelamin perempuan memiliki
saluran kemih yang tidak tertutupi oleh preputium sehingga saluran kemih tidak
terhambat dan higenitas yang baik lebih gampang. Ini artinya, secara medis
khitan perempuan tidak diperlukan (karena tidak ada yang menutupi saluran
kemihnya), bahkan tindakan menyunat hanya menyakiti dan merusak kelaminnya.
P2GP terus bertahan dan lestari di beberapa wilayah karena
adanya faktor-faktor pendukung dari budaya dan agama, yang saling berkelindan
menguatkan. Praktik P2GP sendiri meng alami durabilitas pengetahuan yang
berlangsung dari generasi ke generasi karena kuatnya tradisi masyarakat, agama
dan keyakinan atau kepercayaan lainnya untuk memuliakan perempuan dan sebagai
syarat sebagai “Perempuan Islam”, menghilangkan kotoran atau najis serta
mengontrol perilaku perempuan secara moral dan seksualitas.
Mengingat tidak mudahnya melakukan upaya penghapusan praktek
P2GP ini dengan pendekatan kebijakan, maka diperlukan penentuan rencana aksi
jangka pendek dan jangka panjang bersama antara berbagai pihak, terutama
Kementerian Agama (karena seringkali praktek ini dilakukan atas nama agama) dan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaaan (karena praktek ini telah membudaya).
Kertas konsep ini berisi Rencana Aksi Pen cegahan dan Penghapusan P2GP dan
lampiran pengetahuan yang ditulis dari
perspektif kesehatan, hak asasi perempuan, kebudayaan, dan agama.
Link unduh dokumen :
Kertas Konsep Pencegahan dan Penghapusan Pemotongan_Pelukaan Genitalia Perempuan _P2GP
https://drive.google.com/file/d/1QCO1BvTpsJFg0pynjpWU0Z0XJsJ_6C0J/view?usp=sharing