...
Sejarah Komnas Perempuan
... - 1997
(KP dan Lintas Gerakan Perempuan)
Penjajahan Belanda

gerakan perempuan sudah termaktub dalam sejarah. Fokus gerakan pada masa penjajahan pada keterjangkauan pendidikan bagi perempuan. Sumbangsih nyata perempuan yang tercatat dalam sejarah diantaranya menetapkan ikrar Sumpah Pemuda yang ditetapkan oleh kongres Perempuan Indonesia untuk majalah Isteri. Selain itu gerakan perempuan juga mempelopori kampanye untuk memilih satu wakil perempuan di parlemen (volksraad) yang ditetapkan pada Kongres Perempuan Indonesia tahun 1938

Penjajahan Jepang

gerakan perempuan dimatikan dengan banyaknya opresi terhadap perempuan diantaranya pemaksaan menjadi pelajur oleh tentara Jepang (Jugun Ianfu). Organisasi gerakan perempuan yang diperbolehkan dibawah komando Jepang dengan tujuan menyiapkan kemerdekaan RI.

Masa awal kemerdekaan

gerakan perempuan berfokus pada keterwakilan perempuan dalam sistem pemerintahan untuk memperjuangkan kepentingan hak-hak perempuan. Pada masa ini lahir organisasi sayap partai-partai politik dan organisasi dalam ligkungan departemen pemerintah.

Demokrasi Terpimpin

Lahirnya organisasi perempuan dalam lingkungan jawatan atau departemen pemerintah seperti Ikatan Wanita Antardepartemen (IKWANDEP) pada 25 Mei 1961 dan Badan Kerja sama Dharma Pertiwi pada 15 April 1964. Pada masa ini terbentuk Korps Wanita TNI Angkatan Darat (KOWAD) pada 22 Desember 1961, Korps Wanita TNI Angkatan Laut (KOWAL) pada 1962 dan Wanita TNI Angkatan Udara (WARA) pada Agustus 1963.

Orde Baru

gerakan perempuan secara aktif melawan sistem kepemimpinan yang paternistik dan otoriter. Organisasi yag mengakomodasi gerakan perempuan pada masa orde baru berbentuk lembaga swadaya masyarakat. Gerakan perempuan di akar rumput selanjutnya berperan dalam proses reformasi.

1996

Gerakan aktivis demokrasi yang selanjutnya menjadi Tim Relawan untuk Kemanusiaan yang dipelopori oleh rohaniawan Katholik; Romo Sandyawan Sumardi tahun 1996. Dalam pengumpulan data dari 1996 hingga 1997 terdapat kasus kekerasan terhadap perempuan di berbagai daerah. Berdasar pada data tersebut, Ita Nadia dan timnya yang berasal dari gerakan perempuan, yang juga merupakan Tim Relawan untuk Kemanusiaan, kemudian mendesak Tim Relawan untuk Kemanusiaan untuk harus membentuk Tim Relawan khusus untuk kekerasan terhadap perempuan. Tim Relawan untuk Kekerasan terhadap Perempuan terbentuk dan berbasis di kantor Kalyanamitra.

1997 Demonstrasi Pra Reformasi

Gerakan perempuan yang tergabung dalam Suara Ibu Peduli melakukan demonstrasi di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Aksi ini menuntut diturunkannya harga susu dan mempunyai pengaruh besar dalam menumbangkan pemerintahan Orde Baru.

Ibu Shinta Nuriah Wahid, istri Presiden Abdurrahman Wahid sedang membacakan orasi dalam demonstrasi peristiwa kekerasan terhadap perempuan dalam peristiwa Mei 1998.