Seren Taun
merupakan tradisi budaya masyarakat Sunda yang khas di Jawa Barat dan rutin
dilakukan setiap tahunnya oleh Masyarakat Adat yang memegang teguh tradisi dan
budaya Sunda serta dihadiri turis luar
kota ataupun turis mancanegara. Komnas Perempuan turut mengambil bagian untuk
terlibat setiap tahunnya untuk merayakan keberagaman melalui kampanye Bhinneka
dan mendorong Pemenuhan Hak Perempuan Masyarakat Adat di Kabupaten Kuningan
Jawa Barat pada 27-29 Juni 2024. Dalam Seren Taun 2024, Komnas Perempuan
melakukan serangkaian kegiatan yang diawali dengan berdialog bersama Pemerintah
Kabupaten Kuningan.
Dalam
dialog tersebut, Komnas Perempuan melalui Komisioner Veryanto Sitohang dan Dewi
Kanti menyampaikan pentingnya dukungan Pemerintah Kabupaten Kuningan untuk
turut menyemarakan kegiatan Seren Taun setiap tahunnya dalam makna keberagaman
dan pengakuan terhadap entitas masyarakat adat serta penghayat yang ada
didalamnya. Selain itu Komnas Perempuan juga menindaklanjuti advokasi pencatatan
perkawinan masyarakat adat Akur Sunda Wiwitan serta mendiskusikan peluang
kerjasama kampanye 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan dan sosialisasi
Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual.
Selanjutnya
Komnas Perempuan menyelenggarakan fokus diskusi terbatas untuk mendiskusikan
masukan atas RUU Masyarakat Hukum Adat termasuk memastikan pemenuhan hak
perempuan masyarakat adat. Kegiatan ini dihadiri 25 peserta dari unsur
perwakilan Kemendagri, Kemendikbud bagian penghayat masyarakat adat, Dukcapil,
Pemerintah Kabupaten Kuningan serta jaringan masyarakat sipil. Dalam
pendiskusiannya, Komnas Perempuan dan peserta mendiskusikan strategi tindak
lanjut advokasi perlindungan perempuan masyarakat adat sunda wiwitan salah
satunya yakni hak pencatatan perkawinan.
Pada rangkaian Upacara Seren Taun 1957 Saka Sunda tahun ini, Komnas Perempuan berkolaborasi dengan masyarakat Akur Sunda Wiwitan menyelenggarakan side event yang bertema Perempuan Pelestari Budaya dan Pembela HAM dengan tajuk “Merawat Meruwat Pusaka Budaya Nusantara, Menggali Nilai Budaya Bangsa Melalui Tradisi Wayang.” Talkshow ini menghadirkan narasumber Juwita Djatikusumah Putri, seorang budayawan, pembatik dan pencipta lagu-lagu berbahasa daerah; serta Intan Anggun Pangestu, perempuan muda inspiratif pembuat Tosan Aji. Sekaligus dibuka oleh Imam Nahe’i , Ketua Gugus Kerja Perempuan Kebhinekaan dan Komisioner Komnas Perempuan.
Komnas Perempuan memandang penting mendalami
pengalaman-pengalaman perempuan pelestari tradisi untuk mendapat mutiara
pengetahuan dan kearifan masa lalu yang dapat menjadi inspirasi gerakan
perempuan masa kini dan masa depan dalam
beragam ruang aktifismenya. Bahkan mendalami hambatan yang dialami oleh para
perempuan pelestari tradisi sekaligus memberikan ruang perempuan menuturkan
pandangan-pandangannya tentang kehidupan, harapan dan nilai-nilai kebijaksanaan
yang dapat dipelajari bukan saja oleh komunitasnya, tetapi juga untuk publik.
Komnas
Perempuan memandang penting untuk menggunakan momentum ini sebagai bagian dari
kampanye bhinneka itu Indonesia. Kampanye ini menjadi penting untuk mendukung
kepemimpinan perempuan masyarakat adat dan mendorong pengakuan perempuan
masyarakat adat sebagai bagian dari perempuan pembela HAM. Sebab tidak bisa
diingkari pelibatan perempuan-perempuan adat di dalam membela Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan peran mereka dalam menjaga kelestarian lingkungan serta
perjuangan mereka dalam mempertahankan hak-hak asasi atas sumber daya alam.
Oleh karenanya, Komnas Perempuan juga mengkampanyekan isu perempuan pembela HAM
dalam mendorong pemenuhan Hak Asasi Manusia termasuk Hak Asasi Perempuan. Dalam kegiatan ini turut dihadiri badan
pekerja Komnas Perempuan diantaranya Dahlia Madani, Triana Komalasari, Yulita, Ayas
dan Joseph yang membantu dukungan Komnas Perempuan pada rangkaian Seren Taun di
tahun ini.