Komnas Perempuan menerima permintaan audiensi dari Boru Toba Marsada (Botoma), sebuah organisasi relawan perempuan dari Kobupaten Toba yang bergerak untuk memberikan pendampingan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak. Komnas Perempuan menerima Botoma di Ruang Persahabatan, Kantor Komnas Perempuan, Jumat (16/6/2023).
Ketua Botoma, Rosanna Napitupulu menyampaikan bahwa kasus kekerasan berbasis gender yang dialami perempuan dan anak di bawah umur sangat marak di Kabupaten Toba. Hal ini semakin diperparah dengan kurangnya sosialisasi pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak kepada masyarakat.
Rosanna juga menyoroti kurangnya peran pemerintah dalam penanganan kasus kekerasan seksual di Kabupaten Toba, dilihat dari minimnya anggaran pemerintah, tidak tersedianya rumah aman, serta memimnya perspektif gender para aparat penegak hukum dalam menangani kasus kekerasan terhadap perempuan, termasuk kekerasan seksual.
“Bahkan korban harus mengeluarkan biaya sendiri untuk visum. Tidak ada anggaran dan tidak ada penyediaan bimbingan konseling untuk para korban. Ongkos korban kerap berasal dari dana swadaya anggota Botoma,” tegas Rosanna.
Sekretaris Botoma Rhiny menerangkan, kekerasan seksual masih dianggap aib oleh masyarakat Kabupaten Toba. Akibatnya, banyak kasus-kasus kekerasan seksual diselesaikan dengan jalur damai.
Komnas Perempuan mengapresiasi atas upaya Botoma dalam melakukan pendampingan korban di tengah keterbatasan yang ada.
“Komnas Perempuan setiap tahunnya mengeluarkan Catatan Tahunan dan berharap di tahun berikutnya Botoma dapat turut serta memberikan data kasus kekerasan terhadap perempuan di Kabupaten Toba,” tutur komisioner, Veryanto Sitohang.
Komnas Perempuan juga mengajak Botoma untuk turut melakukan kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan sebagai salah satu cara sosialisasi kepada masyarakat dan membangun kesadaran terhadap isu-isu kekerasan berbasis gender.