Siaran Pers Komnas Perempuan
Peringatan Hari Pahlawan Nasional 2022
“Merayakan Perempuan Nusantara Sebagai Pahlawan Kita”
Jakarta, 9 November 2022
Pada Peringatan Hari Pahlawan 2022, ini Komnas Perempuan kembali menyoroti sejarah perjuangan perempuan(herstory) yang dipinggirkan dari narasi besar tokoh kepahlawanan nasional, dengan tema “Merayakan PerempuanNusantara Sebagai Pahlawan Kita, Menorehkan Jejak Langkah Perjuangan Mereka”. Tujuannya, selain berbagi ruang bersama untuk refleksi kritis atas penulisan sejarah nasional maupun regional dan peran signifikan perempuan-perempuan selaku Perempuan Nusantara, juga sekaligus mengenalkan tokoh-tokoh perempuan pahlawan dari berbagai daerah/sektor berikut kiprahnya, serta mendorong penulisan sejarah yang lebih inklusif serta dukungan bagi kepemimpinan perempuan di masa kini dan mendatang.
Bagi Komnas Perempuan dan juga para pegiat HAM perempuan, pahlawan dimaknai lebih luas dan inklusif, tidak terbatas pada ranah politik dan pertempuran bersenjata merebut kemerdekaan dari tangan penjajah dan mempertahankannya, melainkan juga perjuangan menghapus diskriminasi dan kekerasan teradap perempuan serta pemenuhan hak-hak dasarnya seperti hak atas pendidikan, penghapusan perkawinan anak, hak atas pengembangan diri, pekerjaan dan karir, hak atas berpartisipasi di bidang politik dan kepemimpinan, hak berorganisasi baik sejak masa klasik (era kerajaan), masa penjajahan masa revolusi, reformasi hingga kini. Ruang juang terus bergerak dinamis seiring perjuangan dan keteguhan perempuan Nusantara mulai dari ranah domestik, publik/komunitas dan negara. Tokoh dan pemimpin perempuan sebagai pahlawan Nusantara bertumbuh dengan ragam peran maupun ranah juangnya.
Peran perempuan dan khususnya pahlawan perempuan masih minim dibincang atau bahkan justru dinegasikan. Hal ini tak terlepas dari metode penulisan sejarah, hingga kini yang menggunakan pendekatan yang maskulin (history), yang antara lain identik dengan penempatan tokoh laki-laki lebih utama daripada tokoh perempuan (herstory). Dampak penegasian terasa hingga saat ini yang mana publik minim sekali mengenali dan mengetahui tokoh dan kiprah perempuan pahlawan. Bahkan perempuan pahlawan yang memiliki jejak juang sebelum kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan masih minim dikenali dan dipublikasikan, termasuk dalam literarur sejarah dan bahan ajar di sekolah-sekolah. Hal ini nampak dari minimnya pengakuan atas kepahlawanan perempuan. Jika dibandingkan dengan pahlawan laki-laki, hingga 2022, diakui dan ditetapkan 185 laki-laki, namun hanya 15 perempuan yang telah diangkat sebagai Pahlawan Nasional (setneg.go.id).
Keragaman geografis dan kekayaan budaya Nusantara menyimpan banyak sejarah lokal yang memuat kisah perjuangan tokoh perempuan. Tokoh ini lintas generasi dan lintas sektor, dengan kekuatan kearifan lokal masing-masing. Daya lenting bersumber pada kearifan perempuan pada hidup dan kehidupan justru seringkali menjadi katalisator, atau justru pendobrak zaman, yang kemudian menciptakan budaya baru yang lebih adil dan setara.
Karena itu, Komnas Perempuan mulai memperkenalkan pahlawan Ibu Nusantara sebagai bagian untuk mempromosikan metode pendekatan sejarah kepahlawanan di Indonesia. Pada 2021, Komnas Perempuan telah memperkenalkan profil pahlawan perempuan dari 6 daerah/sektor, yaitu:
1. Lasminingrat, perempuan Sunda, yang bergerak di isu literasi dan gerakan kemerdekaan.
2. Monia Laturina, perempuan Adat di Maluku, yang menjadi panglima perang melawan kolonial Belanda.
3. Boetet Satidjah, perempuan yang menjadi pendiri, editor dan pemimpin redaksi Perempuan Bergerak di Sumatera Utara
4. Setiati Surasto, perempuan angkatan 65, yang bergerak di pembelaan buruh perempuan.
5. Auw Tjoei Lan, perempuan Tionghoa, pendiri yayasan dan bergerak mencegah dan menyelamatkan perempuan dan anak dari perdagangan orang (human traficking)
6. Tamu Rambu Margaretha, perempuan Sumba, yang bergerak di isu pembebasan budak di Sumba
Pada 2022, Komnas Perempuan kembali mengenalkan 3 profil pahlawan perempuan, yakni:
1. Johanna Tumbuan Masdani, perempuan pembaca naskah Sumpah Pemuda 1928 asal Sulawesi Utara
2. The Sin Nio seorang pejuang kemerdekaan dalam masa revolusi Indonesia
3. Ni Sombro seorang Mpu pembuat keris dari Bumi Parahyangan era Padjajaran
Dengan mendasarkan situasi yang telah dipaparkan di atas, maka Komnas Perempuan menyampaikan rekomendasi:
1. Pemerintah melalui Kementerian Sosial untuk memberikan pengakuan kepada tokoh perempuan dari berbagai daerah dan sektor sebagai Pahlawan Nasional, termasuk dengan memperbaiki metode pendekatan proses penetapan seseorang sebagai pahlawan;
2. Melibatkan perempuan dalam Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) sebagai tim yang memberikan rekomendasi kepada Menteri Sosial
3. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi, dalam kerangka mendorong upaya pemajuan kebudayaan selain pada objek-objek kebudayaan mempromosikan juga pahlawan perempuan sebagai subjek kebudayaan dalam muatan pendidikan sejarah Bangsa guna meneguhkan harkat dan martabat bangsa, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah para pahlawannya.
4. Mendukung dan mengharapkan media-media melakukan publikasi Pahlawan Perempuan dengan beragam jejak juang dan daerah, khususnya pahlawan perempuan yang masih minim publikasi.
5. Mendorong masyarakat, komunitas sejarah dan organisasi perempuan untuk mengusulkan tokoh perempuan untuk ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional, dan mendukung kepemimpinan perempuan di masa kini dan masa mendatang.
Narasumber:
1. Veryanto Sitohang
2. Alimatul Qibtiyah
3. Rainy Maryke Hutabarat
4. Siti Aminah Tardi
5. Dewi Kanti
6. Mariana Amiruddin
Narahubung: 0813-8937-1400