...
Siaran Pers
Siaran Pers Komnas Perempuan tentang Hari Keanekaragaman Hayati: Rawat Keanekaragaman Hayati Untuk Kesejahteraan Perempuan dan Kehidupan Berkelanjutan

Siaran Pers Komnas Perempuan

Tentang Hari Keanekaragaman Hayati

 

“Rawat Keanekaragaman Hayati Untuk Kesejahteraan Perempuan dan Kehidupan Berkelanjutan”

 

Jakarta, 22 Mei 2023

 

Dalam rangka memperingati Hari Keanekaragaman Hayati 2023, Komnas Perempuan mengingatkan fungsi penting keanekaragaman hayati bagi keberlangsungan ekosistem bumi dan umat manusia. Menurunnya keanekaragaman hayati berdampak terhadap kesejahteraan manusia, termasuk terhambatnya penikmatan dan pemenuhan hak asasi perempuan.

 

International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List mencatat, tumbuhan yang terancam punah di dunia telah mencapai 24.914 spesies pada 2022 atau meningkat 6,77% dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan spesies hewan yang terancam punah pada 2022 sebanyak 16.900 spesies. Indonesia berada di urutan kedua dunia negara dengan  megabiodiversitas, namun tercatat terbanyak keempat memiliki spesies terancam punah. 

 

Keanekaragaman hayati penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan menjadi indikator ekosistem yang sehat. Semakin tinggi keanekaragaman hayati, semakin baik ekosistem dan berdampak langsung pada produksi pertanian dan lingkungan hidup yang sehat. Yang secara tidak langsung mempengaruhi kesejahteraan  manusia. Musnahnya satu spesies akan berdampak buruk pada makhluk hidup lainnya termasuk menurunnya produksi panen  dan berujung rusaknya ekosistem dan lingkungan hidup yang sehat, di antaranya kualitas udara menurun. 

 

“Perempuan merupakan kelompok yang paling terdampak ketika keanekaragaman hayati musnah atau rusak. Hal ini disebabkan peran dan tugas perempuan di ranah domestik yang berkaitan dengan ketersediaan pangan, perawatan yang membutuhkan obat-obatan herbal dan sumber ekonomi. Perempuan di pedesaan atau masyarakat adat, yang kehilangan sumber daya tanah dan pengelolaan sumber daya alam  tentu tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari rumah tangga. Perempuan desa apalagi perkotaan akan sangat tergantung pada pasokan pasar. Selain kehilangan sumber pangan dan ekonomi keluarga, perempuan menjadi lebih rentan terhadap kekerasan berbasis gender dalam situasi penuh tekanan hidup,” ungkap Rainy Hutabarat, Ketua Tim Advokasi Internasional Komnas Perempuan. 

 

Menurut UNESCO, penyebab utama hilangnya keanekaragaman hayati adalah perubahan iklim, spesies invasif, eksploitasi berlebihan sumber daya alam, polusi dan urbanisasi. Aktivitas manusia bertanggung jawab sebesar 75% dalam faktor penyebab hilangnya keanekaragaman hayati. Penilaian ini juga menunjukkan mendesaknya solusi untuk memulihkan kerusakan dan ancaman punahnya keanekaragaman hayati yang tengah berlangsung. Untuk peringatan Hari Keanekaragaman Hayati Internasional 2023 ini, Unesco memberikan tema “Dari Kesepakatan Ke Aksi: Bangun Kembali Keanekaragaman Hayati”.

 

 

“Pada dasarnya penyebab utama hilangnya atau musnahnya keanekaragaman hayati adalah perilaku manusia dalam mengelola sumber daya alam dan bumi. Untuk menumbuhkan kembali atau mempertahankan yang masih tersisa, maka manusia harus mengubah pola konsumsi dan pola hidup untuk merawat keanekaragaman hayati. Perubahan dituntut pada tingkat individu, rumah tangga, komunitas dan struktural berupa kebijakan negara dalam mengelola sumber daya alam. Pembangunan yang ekstraktif wajib mengacu pada prinsip-prinsip keberlanjutan kehidupan khususnya ekosistem dan hak asasi manusia. Ancaman sudah semakin nyata dengan naiknya suhu bumi, diiringi meningkatnya ancaman kepunahan keanekaragaman spesies flora dan fauna, kerentanan pada kemunculan penyakit-penyakit baru,” tambah Siti Aminah Tardi, Komisioner Komnas Perempuan yang juga seorang Advokat Publik untuk isu lingkungan. 

 

Kerusakan ekosistem terlihat pada dampak dari konflik SDA dan Tata Ruang yang diadukan ke Komnas Perempuan. Perempuan kehilangan akses terhadap pengelolaan sumber daya alam, baik hutan maupun laut dan menyebabkan kehilangan kedaulatan atas pangan dan tergantung pada ekonomi pasar. Juga sumber pengetahuan perempuan seperti pengobatan, pemuliaan benih, perbintangan, kerajinan tangan berbahan tanaman lokal dengan sendirinya menghilang. 

 

“Mengingat pentingnya merawat keanekaragaman hayati, Komnas Perempuan mendorong pemerintah untuk memperkuat implementasi komitmen Indonesia pada forum internasional untuk perubahan iklim dengan cara memperbaiki pola pembangunan menjadi lebih ramah lingkungan, menegakkan ketentuan bisnis dan hak asasi manusia pada para pelaku usaha dan memfasilitasi pendidikan lingkungan serta memfasilitasi pemulihan dampak kerusakan lingkungan perempuan dan kelompok rentan,” tutup Rainy Hutabarat.

 

 

Narahubung: Elsa (0813-8937-1400)


Pertanyaan / Komentar: