Komnas Perempuan menggelar kegiatan konsolidasi bersama para penyintas, keluarga korban, dan organisasi masyarakat sipil sebagai bagian dari persiapan peringatan Tragedi Mei 1998. Kegiatan ini dilaksanakan di Ruang Persahabatan Komnas Perempuan, Rabu (24/4/2025), dalam rangka menguatkan kampanye #MariBicaraKebenaran, yakni kampanye publik untuk menyuarakan isu pelanggaran ham berat masa lalu.
Konsolidasi dibuka oleh Komisioner Komnas Perempuan, Daden Sukendar, yang menyampaikan bahwa forum ini bertujuan mendengar situasi terkini dari para penyintas dan pendamping, menghimpun harapan mereka kepada Komnas Perempuan, serta mengidentifikasi tantangan dan langkah tindak lanjut ke depan.
Dalam sesi diskusi, berbagai isu disampaikan oleh peserta. Di antaranya, penyintas dari Tanjung Priok dan komunitas korban Mei 1998 mengeluhkan belum adanya kejelasan proses keadilan serta minimnya jaminan perlindungan bagi korban lansia. Selain itu, narasi rekonsiliasi dinilai masih kurang melibatkan suara korban.
Sejumlah usulan juga mengemuka, seperti pentingnya storytelling lintas wilayah guna merawat ingatan untuk mencegah keberulangan, penguatan mekanisme bantuan bagi korban, khususnya yang sudah memasuki usia lansia, serta pelibatan publik dalam agenda memorialisasi. Selain itu, peserta mendorong Komnas Perempuan untuk melakukan audiensi dengan kementerian/lembaga terkait, termasuk Pemprov DKI Jakarta, terkait pembangunan monumen di daerah Klender sebagai salah satu lokasi tragedi yang memakan banyak korban dan penguatan reparasi.
Dalam penutupan, disampaikan beberapa rencana tindak lanjut, di antaranya agenda kampanye bersama seperti napak reformasi, tabur bunga ke makam masal, diskusi publik melibatkan akademisi di perguruan tinggi, peluncuran buku, pementasan seni, dan kampanye daring.
Komnas Perempuan juga diminta untuk terus menjadi ruang aman bagi para penyintas serta memperkuat advokasi terhadap penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu secara adil dan bermartabat.
“Kami berharap Komnas Perempuan bisa selalu menjadi rumah bagi kami para korban pelanggaran HAM berat masa lalu dan membersamai kami dalam setiap perjuangan,” ujar Uchikowati, penyintas tragedi 1965.
“Kita ingin terus menyalakan semangat bagi para penyintas dan keluarga korban agar tidak merasa sendiri. Jangan pernah lelah untuk terus berjuang, karena perjuangan ini bukan hanya untuk masa lalu, tapi juga untuk masa depan yang lebih adil dan manusiawi,” ujar Komisioner Chatarina Pancer Istiyani menutup kegiatan.