Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menggelar pertemuan untuk penguatan Perempuan Pembela Hak Asasi Manusia (PPHAM) dan penyintas di Nusa Tenggara Barat. Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya memperkuat jejaring pendampingan serta memastikan keberlanjutan layanan bagi perempuan korban kekerasan.
Pertemuan yang dilaksanakan setelah agenda dialog multipihak pada 10 Desember tersebut dikemas dalam bentuk PPHAM Gathering yang diikuti oleh perwakilan lembaga serta para pendamping dan penyintas perempuan korban kekerasan. Kegiatan ini dipandu oleh Ida Wahyudah, aktivis sekaligus psikolog yang telah berpengalaman lebih dari 20 tahun dalam pendampingan psikososial dan isu hak asasi manusia.
Dalam sharing session, para peserta menjadikan forum ini sebagai ruang aman untuk saling berbagi pengalaman, tantangan, serta praktik baik dalam pendampingan korban kekerasan. Diskusi juga menyoroti risiko kelelahan emosional dan tekanan psikologis yang kerap dihadapi Perempuan Pembela HAM dalam kerja-kerja pendampingan di lapangan.
Selain diskusi, kegiatan diisi dengan sesi grounding dan relaksasi sebagai bagian dari upaya pemulihan dan perawatan diri (self-care) bagi para pendamping. Sesi ini bertujuan membantu peserta mengelola beban emosional, menjaga kesehatan mental, serta memperkuat ketahanan psikososial agar pendampingan terhadap penyintas dapat dilakukan secara berkelanjutan.
Kegiatan ini diikuti oleh 15 peserta yang berasal dari enam lembaga negara independen, satu mahasiswa dari komunitas kedokteran, serta delapan lembaga layanan. Dari jumlah tersebut, delapan peserta merupakan perempuan dan tujuh laki-laki. PPHAM Gathering dilaksanakan secara terbatas dan tertutup untuk menjamin keamanan serta kenyamanan peserta, mengingat risiko dan kerentanan yang dihadapi Perempuan Pembela HAM dalam kerja-kerja pendampingan korban kekerasan.
