Pada 21-23 November 2023, Komnas
Perempuan menyelanggarakan pelatihan multipihak tentang Anggaran Desa yang
Responsif Disabilitas dan Lansia di Kabupaten Jember. Pelatihan ini bertujuan
memberikan penguatan perspektif tentang anggaran desa yang mempertimbangkan
kebutuhan kelompok disabilitas dan lansia sehingga ada peningkatan layanan
kepada kelompok-kelompok tersebut. Hadir dalam pelatihan ini sebagai peserta
aktif perwakilan dari pemerintah kabupaten, organisasi Masyarakat sipil, dan
ormas keagamaan, seperti Camat Balung, UPTD Puskesmas Jenggawah, DPMD Kab.
Jember, RSD dr. Soebandi, SKETSA, ‘Aisyiyah, DP3AKB, Puskesmas Panti, Gerakan
Peduli Perempuan, HWDI, DPPPAKB, PCNU Kencong, PSG UNEJ, Karang Werda, Sekolah
Eyang, Dinas Sosial Jember, dll.
Pelatihan di Jember ini bukan yang
pertama dilakukan oleh Komnas Perempuan, tetapi merupakan rangkaian ujicoba tiga
modul disabilitas dan lansia,
dengan tema Kesehatan Reproduksi, Anggaran Desa yang telah dikembangkan dan
telah diujicobakan di sejumlah wilayah, seperti Jabodetabek, Cirebon,
Yogyakarta, Sitibondo, dan Kupang NTT, penjelasan Prof. ALimatul Qibtiyah dalam
sambutannya.
Sementara sambutan Bupati Kabupaten
Jember yang dibacakan oleh Asisten III Bupati, Bapak Herry Agus Tiono
menyampaikan harapan bahwa pelatihan ini memberikan tambahan pengetahuan dan
wawasan kepada para personil UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak, Dinas
Sosial, Tenaga Kesehatan tingkat kecamatan (Puskesmas), aparat desa, lembaga
pendamping, serta Civil Society Organization (CSO) yang consern
terhadap isu – isu disabilitas dan lansia, dan
juga dapat menguatkan jaringan
antar mitra lokal di Jember, baik pada jajaran instansi pemerintah, maupun
lembaga layanan, lembaga pendamping, dan aparat desa dalam advokasi anggaran
desa yang responsif terhadap perempuan disabilitas dan lansia.
Pelatihan ini selain dipandu oleh para
fasilitator dari Natioanl Paralympic Committee (NPC), juga mendapat pengkayaan
materi dari para narasumber Komnas Perempuan, komisioner Alimatul Qibtiyah dan komisioner
Imam Nahei, yang mengajak peserta untuk memahami tentang kesetaraan dan
keadilan Gender dan hak-hak Masyarakat dan kewajiban negara. Juga para narasumber daerah yang ahli
dibidangnya, yaitu Sti Fanatus Syamsiah,
dosen Universitas PGRI Argopuro yang berpengalaman dalam advokasi kebijakan
Inklusi di Kabupeten Jember; Hermanto Rohman, dosen Administrasi Desa Fisip
Universitas Jember, Farha Cicik-perempuan penggerak lansia dari
Tanoker, dan Ahmad Faurzan Arif yang berbagi cerita tentang pengalaman
melakukan advokasi dalam memperjuangan kepentingan disabilitas dan lansia di
Jember.
Hasil
pre-test dan post-test menunjukkan bahwa ada perubahan dalam cara pendang
peserta terkait kesetaraan gender, misalnya dalam memandang kepemimpinan dalam
pre-test 61,1% setuju bahwa menjadi pemimpin adalah menjadi hak utama
laki-laki, dan dalam post-test hanya 15.8% yang setuju. Sementara itu untuk
pertanyaan-pertanyaan yang terkait isu-isu disabilitas dan lansia rata-rata
peserta telah memiliki perspektif, yang hasilnya hampir sama. Hal ini
dikarenakan dalam seleksi peserta dipilih dari mereka yang memiliki konsen
dalam layanan publik yang sedikit banyak telah mengetahi isu-isu disabilitas
dan lansia.
Pada evaluasi di akhir pelatihan dengan
menggunakan metode Most Significant Change (MSC) terlihat bahwa pelatihan ini
memberi dampak perubahan. Seperti yang diungkapkan oleh Nurma dari PCNU
Kencong,
“Saya mengira bahwa
pelatihan ini seperti seminar biasa, tetapi setelah mengikuti pelatihan ini saya mendapatkan
pengalaman dan wawasan yang banyak. Sebelumnya saya fokus pada bidang pendidikan dan jarang terjun
dalam kegiatan sosial. Dengan
pelatihan ini saya berharap akan memberi dampak merata secara keseluruhan pada
desa saya, desa Gumukmas, dan khususnya komunitas diffabel,” ungkap Nurma.
Dalam penutupan, Kusbandono, Ketua NPC
menyampaikan bahwa selain persoalan anggaran, tetapi yang lebih penting adalah persoalan
kemanusian di
mana ada hak yang
menjadi sebuah keharusan untuk diperjuangkan dan tersampaikan kepada yang berhak. Selain itu,
pemilihan peserta pelatihan adalah mereka yang dinilai memiliki
komitmen untuk
mewujudkan cita-cita kelompok
perempuan, lansia, disabilitas untuk memperoleh kesetaraan. (Tini Sastra-Koordinator Divisi
Pendidikan)