Komnas Perempuan melakukan serangkaian kampanye 16
Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan di beberapa daerah, salah satunya adalah
Sulawesi Barat, Mamuju. Komnas Perempuan
mengenali bahwa terdapat informasi yang minim mengenai kasus kekerasan terhadap
perempuan dan upaya penanganannya di Sulawesi Barat. Selain itu data pantauan media tahun 2020, Sulawesi Barat
merupakan peringkat ketiga dengan angka pernikahan anak yang cukup tinggi. Oleh
karenanya, Komnas Perempuan tahun ini memilih Sulawesi Barat untuk dikunjungi
dalam rangkaian waktu 26 sampai 30 November 2021.
Dalam kunjungan hari pertama, Komnas Perempuan
melakukan pertemuan awal dengan mitra jaringan masyarakat sipil dan jaringan
media Sulawesi Barat dalam rangka mengenali wilayah Sulawesi Barat baik secara
historis, geografi dan situasi daerahnya.
Lalu pada hari kedua, di pagi hari Komnas Perempuan
menemui Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Barat, Dr Muhammad Idris, M.SI
untuk menyampaikan tujuan kunjungan Komnas Perempuan dalam rangkaian kampanye
16 hari anti kekerasan terhadap perempuan. Dalam kunjungannya, Andy Yentriyani,
Ketua Komnas Perempuan, ingin melihat situasi Sulawesi Barat dengan Ibu Kota Provinsi
Mamuju sejak dimulainya pemekaran di tahun 2004, terutama dalam pencegahan dan
penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan. Selain itu disampaikan agar
Komnas Perempuan dapat bertemu dengan dinas-dinas terkait beserta jajarannya
yaitu Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, serta Pengendalian
Kependudukan, Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas
Kependudukan dan masyarakat sipil, serta dinas terkait lainnya.
Pada siang harinya Komnas Perempuan mengadakan diskusi
online dengan kelompok jaringan
mahasiswa aliansi pergerakan perempuan Majene berdiskusi tentang situasi
perempuan termasuk anak muda di Majene serta mendiskusikan kasus-kasus
kekerasan seksual yang stagnan ketika dilaporkan ke aparat penegak hukum.
Pada sesi malam, Komnas Perempuan menghadiri undangan
pertemuan dengan Ibu Hj. Djamilah, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, serta Pengendalian Kependudukan membahas tentang data kekerasan
terhadap perempuan di Provinsi Sulawesi Barat dan bagaimana proses penanganan
kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan serta isu kelompok rentan yang berkait
kelindan dengan isu kekerasan terhadap perempuan.
Hari ketiga, Komnas Perempuan melakukan serangkaian
kunjungan ke organisasi perempuan Aisyiyah dalam maksud memperkuat jaringan
mitra perempuan berbasis keagamaan. Sekaligus dalam pertemuan ini ingin
mengetahui program-program Aisyiyah untuk menurunkan angka pernikahan anak, stunting, kasus kekerasan seksual dan
pemberdayaan terhadap perempuan. Dalam diskusinya, perwakilan dari Muhammadiyah
juga mempertanyakan tentang Permendikbud. Dalam responnya, Komnas Perempuan
memastikan terkait klausula tanpa persetujuan, bukan berarti kesimpulannya adalah
dengan persetujuan dapat melegalkan zina atau seks bebas. Hal tersebut sudah
diatur dalam KUHP. Selanjutnya Komnas Perempuan melanjutkan diskusi dengan
kelompok mahasiswa Cipayung di Mamuju. Pendiskusian yang berlangsung lebih
banyak mendiskusi bentuk-bentuk kekerasan seksual di Kampus dan upaya
pencegahan serta penangannya.
Pada hari keempat Komnas Perempuan bertemu dengan
pemerintah daerah melalui dinas-dinas terkait seperti Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak, serta Pengendalian Kependudukan, Dinas
Pendidikan, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas Kependudukan dan masyarakat
sipil, serta perwakilan Polda yaitu dari Reknata PPA yang pertemuannya dipimpin
oleh Ibu Halimah mewakili kepala DP3A PK Provinsi. Dalam pendiskusian
disampaikan yang menjadi temuan setiap dinas dan menyampaikan upaya yang sudah
dilakukan pemerintah daerah dalam mengurangi pernikahan anak.
Komnas Perempuan dan dinas-dinas terkait mendiskusikan
tentang kasus kekerasan seksual yang terjadi dan minimnya daya dukung
penanganan, baik tenaga profesionalnya dan penganggaran untuk penanganan
kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan. Komnas Perempuan juga mendiskusikan
penyebab angka pernikahan anak yang masih tinggi di Sulawesi Barat. Berdasarkan
pemaparan dari masing-masing dinas terkait, kemiskinan dan budaya juga menjadi
salah satu faktor yang menyebabkan pernikahan anak tinggi di Sulawesi Barat.
Pada tahun sebelumnya, pemerintah daerah mencanangkan
gerakan kembali ke sekolah, namun perlu didukung dengan program penunjang
ekonomi kesejahteraan lainnya agar anak tidak kembali menjadi pekerja anak.
Termasuk juga anak korban kekerasan seksual dapat terus bersekolah untuk
melanjutkan cita-citanya. Komnas Perempuan memberikan masukan terkait program
kembali ke sekolah ini ke depan agar bisa memakai metode peer support, diskusi
dengan teman sebaya cukup efektif dalam mendorong program kembali ke sekolah.
Selain itu di akhir pertemuan membahas tentang rencana tindak lanjut yang akan
dipastikan Komnas Perempuan terutama dalam pendokumentasian catatan tahunan
Komnas Perempuan serta rencana kajian Komnas Perempuan dalam restorative
justice.
Pada sesi siang, Komnas Perempuan mengadakan
konsultasi publik dengan kelompok lembaga perempuan dan layanan serta
pemerintah kabupaten dan media dalam mendorong kerja kolaborasi bersama untuk pencegahan
dan penanganan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan. Kemudian malamnya
dilanjutkan dengan pertemuan jaringan mitra perempuan lembaga Kartini serta
Fatayat NU dalam rangka memperkuat jaringan gerakan perempuan dan mitra
kampanye 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan.